Kenapa bisnis properti merupakan bisnis yang menguntungkan? Alasannya cukup jelas. Rumah, tanah, gedung, toko dan bangunan-bangunan lainnya selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Coba Anda perhatikan, setiap hari jumlah penduduk di dunia bertambah. Mereka tentu membutuhkan tanah atau rumah untuk tempat tinggal mereka kelak. Lalu apakah tanah juga bertambah? Tentu saja tidak, yang ada hanya pemanfaatan lahan sempit atau penggusuran lahan-lahan pertanian untuk pemukiman penduduk.
Seorang ibu rumah tangga bernama Hana membeli rumah dengan tipe 36 di daerah Yogyakarta pada tahun 2004 seharga 100 juta rupiah. Hana membeli rumah tersebut untuk ditempati anaknya selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hana berpikir, dibandingkan mengeluarkan uang setiap bulannya untuk kos, lebih baik Hana membeli rumah dan nanti dijual kembali ketika anaknya lulus dan ingin kembali ke Jakarta. Pada tahun 2009, Hana kembali ke Yogyakarta untuk menjemput anaknya untuk yang telah selesai diwisuda. Dalam jangka waktu lima tahun, rumah tersebut telah beberapa kali mengalami renovasi ringan seperti pemelituran pintu dan jendela, pengecetan ulang, hingga penambahan taman di halaman depan. Menariknya, daerah Yogyakarta selama lima tahun belakangan telah mengalami perkembangan pesat. Minimarket telah dibangun di beberapa tempat, begitu pula layanan hospot dan kolam renang. Akhirnya, Hana berhasil menjual rumah dengan harga 300 juta rupiah. Wah, sangat fantastis bukan? Dari seharga 100 juta dapat dijual kembali dengan harga 300 juta. Sangat menguntungkan, sudah dapat tempat tinggal, tidak keluar biaya sewa, saat akan dijual malah mendapat untung berlipat ganda.
Kisah menarik lagi datang dari Fauzi Saleh. Setelah berhasil mengumpulkan tabungan sejumlah 30 juta dari hasil kerja serabutan selama bertahun-tahun, Fauzi pun membeli tanah seluas 6 x 15 meter di Jatipadang, Jakarta selatan. Ia berniat untuk membangun rumah menyiapkan dana tambahan sebesar 10 juta. Selesai dibangun, rumah itu kemudian dijual kembali dengan harga 51 juta. Tak berhenti sampai di situ, uang hasil penjualan rumah digunakan untuk membeli tanah dan dibangunkan rumah lagi di atasnya. Usaha membeli tanah kemudian dirombak untuk dijual kembali. Hal tersebut ternyata membuahkan hasil. Pada tahun 1992, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah mewah Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah Pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit dan Pesona Khayangan 2 sebanyak 1100 unit rumah. Sedangkan Pesona Khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah. Harga rumah Pesona Group milik Fauzi tersebut antara 200 hingga 600 juta per unit.
Kisah menarik lain datang dari Ciputra, sang maestro properti di Indonesia. Selepas menamatkan kuliah di ITB pada 1960, Ciputra nekat mengajak dua temannya, Budi Brasali dan Ismail Sofyan untuk merantau ke Jakarta. Seperti anak muda lainnya, mereka beranggap Jakarta sebagai lahan rezeki. Mereka kemudian mendirikan PT. Perentjaja Djaja dan berencana membangun pusat perbelanjaan di kawasan Senen. Ciputra pun akhirnya berhasil mengajukan proposal proyeknya ke Gubernur Jakarta pada waktu itu, R. Soemarno. Proyek besar ini rupannya juga disetujui oleh Presiden Soekarno. Jadilah nama Ciputra melesat setelah pusat perbelanjaan Senen selesai diresmikan. Pekerjaan besar Ciputra yang masih fenomenal sampai saat ini adalah Taman Impian Jaya Ancol.
Menggiurkan bukan kisah-kisah mereka? Kisah Hana menujukan bahwa siapa saja bisa memulai bisnis properti. Bahka tanpa pertimbangan apapun sudah mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Kisah kedua datang dari Fauzi. Dari usahanya tersebut kita bisa melihat bahwa bisnis properti tak pernah mati. Bahkan bisa terus diputar modalnya sehingga menghasilkan sesuatu yang besar. Dari sebidang tanah ukuran 6 x 15 meter, Fauzi sukses mengelola beberapa kemplek perumahan. Kisah ketiga datang dari Ciputra, kisah Ciputra mengajarkan perlunya kenekatan dan koneksi yang matang. Ciputa tak tanggung-tanggung meneguk proyek senilai miliaran rupiah. Dia berprinsip, risiko yang besar akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Sudah mulai tergiur? Lalu, apakah melakukan bisnis properti hanya sesederhana membeli sebidang tanah atau bangunan? Eits, tunggu dulu, Anda perlu tahu bagaimana seluk beluk bisnis properti ini.
1. Nilai Tanah Selalu Naik.
Masih ingat dengan pelajaran ekonomi yang Anda pelajari saat di bangku sekolah menengah. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas tiga jenis; primer, sekunder, tersier. Tentu Anda sekalian percaya bahwa kebutuhan primerlah yang pertama kali harus dipenuhi. Sementara kebutuhan primer itu sendiri terdiri atas sandang, pangan, dan papan. Rumah merupan kebutuhan primer yang dibutuhkan siapa pun juga. Di Indonesia, kebutuhan akan lahan meningkat terus menerus. Pertambahan jumlah penduduk yang tentunya membutuhkan tempat tinggal serta perkembangan kegiatan ekonomi yang membutuhkan pembanguan gedung-gudung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan tempat rekreasi. Alasan tersebut tentunya cukup untuk meyakinkan Anda bahwa nilai properti setiap tahun pasti akan terus naik. Namun tunggu dulu, meski trennya cenderung, Anda juga perlu mempertimbangkan masalah fuktuasi. Di lokasi-lokasi tertentu, harga harga properti bisa saja turun jika tingkat perekonomian di wilayah tersebut turun. Tingkat ketergantuan para pembeli rumah saat ini tergantung dengan suku bunga kredit kepemilikan rumah. Semakin tinggi tingkat suku bunga yang ditawarkan, semakin tinggi besar dana yang harus Anda bayarkan untuk kredit tersebut setiap bulannya. Begitu pula dengan menurunnya kemampuan masyarakat untuk membeli rumah saat itu. Untuk alasan ini, harga properti cenderung akan turun disaat tingkat suku bunga meningkat demikian juga sebaliknya.
2. Waktu Pekerjaan Fleksibel
Ada lagi yang menarik dari peluang usaha properti. Jika Anda hobi berpergian, punya keharusan mengantar atau menjeput anak sekolah setiap hari, harus menyiapkan makan siang keluarga, dan ingin selalu ada untuk anak saat ia sakit, maka bisnis ini sangat pas untuk Anda. Anda tinggal mengatur waktu pribadi dengan urusan temu prospek (pembeli dan properti) tanpa ada batasan batasan waktu kantoran. Anda tidak perlu datang setiap hari ke kantor, berada di belakang meja dan menunggu perintah, baru bekerja. Hidup dan penghasilan bisa Anda tentukan sendiri. Produktifitas dalam mencari prospek properti dan pembeli adalah yang terpenting. Meski demikian, handa harus tetap jeli dalam melihat peluang, terlebih jika Anda ingin membeli tanah atau rumah. Waktu Anda yang tidak yang tidak terikat jam kantor bisa Anda manfaatkan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya. Anda bisa mengikuti milis jual beli properti di internet dan terus mengamati laman iklan-iklan di koran-koran harian.
3. Relasi Luas
Seandainya Anda adalah seseorang yang sangat suka bergaul dan bersosialisasi, bisnis ini menanti untuk Anda garap. Inti kesuksesan seseorang berbisnis properti dipengaruhi oleh jaringan atau relasi yang ia punya. Relasi yang luas akan akan menciptakan peluang yang semakin banyak dalam mendapatkan prospek pembeli dan properti. Bukan tidak mungkin Anda akan menemukan prospek dari seorang broker property kenalan Anda. Kalau sudah begini keuntungan bisa dibagi dua. Jika dilihat dari alurnya, dalam kasus ini Anda sudah memotong jalur yang merepotkan, yaitu pencarian prospek.
4. Risiko terkendali
Bicara masalah risiko memang akan menyurutkan nyali. Tapi sepanjang Anda melakukan prosedur dan etika berbisnis yang benar maka Anda akan mampu mengurangi risiko yang ada. Diantara risiko-risiko yang ada, yang sulit dikendalikan adalah persaingan yang tidak sehat di lapangan.
Risiko yang besar namun masih bisa dikendalikan adalah dari sisi properti. Property yang bermasalah seperti sengketa atau kualitas bangunan yang jelek, akan membawa risiko bisnis yang besar pula. Sulitnya penjualan bangunan yang bermasalah pun, jika bisa ditangani dengan baik pasti akan menghasilkan komisi yang tinggi pula. Maka, yang penting adalah menjunjung ketelitian dan etika dalam bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar